RESUME BUDIDAYA TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum)
Wijen (Sesamum indicum) merupakan salah satu
tanaman yang umumnya digunakan dalam penggunaan bumbu masak, penghias
makanan, serta suatu bumbu yang paling awal digunakan dan salah satu
dari hasil panen pertama yang digunakan untuk membuat minyak konsumsi
yang dikenal minyak wijen. Wijen mendapat
julukan “The Queen of Oil Seeds Crops” yang mencerminkan biji wijen
memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berdampak positif bagi
konsumennya.
Wijen diduga berasal dari dataran Afrika, tepatnya di
daerah kering. Orang Afrika menggunakan wijen sebagai sumber protein
pengganti bahan yang lain. Hal ini di karenakan wijen adalah tanaman
yang dapat tumbuh di daerah kering seperti Afrika. Menurut sejarah,
wijen adalah salah satu bahan makanan tertua di dunia. Hal ini di
buktikan oleh beberapa bangsa telah memanfaatkan biji wijen yang
memiliki banyak khasiat, seperti minyak wijen.
Wijen diperkenalkan di
Indonesia ketika era masa perang dunia ke 2. Saat itu wijen di guanakan
sebagai penambah asupan gizi tentara, juga memanfaatkan minyaknya
sebagai alat pembakar pengganti minyak bumi. Tahun 70-an produksi wijen
Indonesia turun hinggat tahun 1988 kedudukan Indonesia sebagai negara
pengekpor menjadi pengimpor wijen. Tahun 1998 impor wijen Indonesia
berkisar 940,450 ton biji dan 133,729 ton minyak wijen, hingga tahun
2001 Indonesia impor 3.722,472 ton biji dan218,081 ton minyak. Indonesia
kekurangan 10.265 ton biji.
Wijen mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi,
dengan harga dipasaran saat ini mencapai : 9.000-12.500,-/kg, sedangkan
di Luar negeri harganya $ 1,5 /Kg. Wijen dapat tumbuh di hampir seluruh
dunia. Terdapat tiga negara penghasil wijen terbesar antara lain
Myanmar: 772.900 ton, India :623.000 ton, dan China :587.947 ton.
Menurut data FAO (2006) terdapat 20 negara pengimpor wijen terbesar di
dunia da terdapat tiga negara terbesar antara lain China 353.717 ton,
Jepang 161.433 ton, dan Negara Uni Eropa 106. 490 ton.
Data (2004) mengatakan bahwa negara Indonesia
mengimpor biji 2.113,738 ton dan minyak 324,020 ton. Namun re-ekspor
biji sebesar 174,664 ton dan berupa minyak sebesar 14,895 ton. Dari data
tersebut kebutuhan wijen yang perlu diimpor, sekitar 1.939 ton berupa
biji dan 309,125 ton berupa minyak. Data (2005) juga mengungkapkan
produksi wijen Indonesia mencapai :.853 ton (0,06% dari produksi dunia).
Pengembangan tanaman wijen telah dikembangkan dengan
varietas-varietas unggul. Varietas-varietas ini di harapkan dapat
membantu petani untuk meningkatkan produksi wijen dalam negeri seperti
pengembangan di lahan kering musim hujan dan musim kering lahan sawah
jenis MK 1 dan MK II. Hasil penelitian jenis MK 1 dan MK II apabila
musim hujan cukup, maka musim kering menyebabkan produktifitas sedikit.
Produktivitas wijen yang dibudidayakan petani umumnya
berkisar 400 kg/Ha dengan jenis lokal, namun dalam hasil penelitian
bahwa varietas lokal justru mampu menghasilkan 2000 kg (2 Ton)/ Ha,
bahkan di Amerika produktifitas di atas >2,0 ton/ Ha. Ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan petani dalm pengembangan wijen.
Tingginya harga nilai biji wijen sebenarnya dapat
meningkatkan finansial dan membantu kesejahteraan keluarga petani
Indonesia. Tahun 2012 harga wijen mencapai 12.500 kg/ha dengan
pendapatan bersih rata-rata mencapai Rp. 5.991.406/ha. Pendapatan
tersebut lebih tinggi dari budidaya jagung yang rata-rata Rp. 3.657.160.
Upaya untuk mengurangi bahkan swasembada
wijen telah dicanangkan dengan cara meningkatkan produksi wijen
nasional. Prningkatan wijen nasional ditempuh dalam dua cara
-
Ektensifikasi dilahan sawah non-irigasi mencapai 3,16 juta ha dan lahan beririgasi mencapai 4,9 juta ha.
-
Intensifikasi dengan melalui penggunaan varietas unggul serta penerapan teknik budidaya yang tepat.
Peningkatan produkfivitas wijen dengan
menyediakan varieras-varietas unggul telah dilakukan. Varietas unggul
yang telah dilepas diantaranya : Sbr 1, Sbr. 2, Sbr. 3, Sbr. 4, serta
Winas 1 dan Winas 2 (yang baru dilepas). Sejak 1997 pengembangan wijen
di lahan sawah sesudah padi mulai berkembang (MK 1 dan MK 2) pada musim
kemarau di Sampang (Madura), Nganjuk (Jatim), dan Sukoharjo (Jateng).
Perbedaan agroekologi lahan kering dan lahan sawah menyebab kebutuhan
varietas unggul dan teknologi budidaya yang dibutuhkan berbeda.
Teknologi budidaya yang sudah ada perlu dievaluasi sesuai untuk lahan
sawah sesudah padi.
Tahun 1997 telah dilepas varietas Sbr. 1 dan Sbr 2
yang menghasikan 1,0 – 1,6 ton/ha dan 0,8 – 1,3 ton/ha. Pengembangan
wijen di musim kemarau perlu varietas genjah yang dapat tumbuh < 3
bulan. Tahun. 2006 dilepas varietas lain yaitu Sbr. 3 dan Sbr 4.
Varietas Sbr 3 memiliki ciri biji warna hitam yang cocok untuk kebutuhan
industri seperti minyak, kecap, dan cabuk. Sedangkan Sbr 4 memiliki
umur genjah (75-85 hari). Ciri dari varietas ini dengan biji yang kecil
yangcocok di kembangkan di musim kering. Varietas Sbr 4 sesuai untuk
kebutuhan industri makanan ringan.
Tahun 2012 telah di temukan wijen dan varietas winas 1 dan winas 2. Varietas ini jenis Wijen putih, sesuai untuk lahan sawah sesudah padi. Varietas Winas 1 dapat berumur 101 hari, sedangkan varietas Winas 2 berumur 98 hari. Produktifitas yang dihasilkan Winas 1 mencapai 1.471 – 2.222 kg/ha, sedangkan Winas 2 dapat menghasilkan 14412 – 1.874 kg/ha wijen.
Tahun 2012 telah di temukan wijen dan varietas winas 1 dan winas 2. Varietas ini jenis Wijen putih, sesuai untuk lahan sawah sesudah padi. Varietas Winas 1 dapat berumur 101 hari, sedangkan varietas Winas 2 berumur 98 hari. Produktifitas yang dihasilkan Winas 1 mencapai 1.471 – 2.222 kg/ha, sedangkan Winas 2 dapat menghasilkan 14412 – 1.874 kg/ha wijen.
Pengembangan wijen perlu menggunakan varietas dan
benih bermutu untuk meningkatkan produktifitas. Penggunaan varietas
disesuaikan dengan daerah pengembangan agar menghasilkan hasil yang
diharapkan. Benih varietas unggul harus bersertifikat/berlabel. Varietas
yang sudah dilepas antara lain seperti Sbr 1, Sbr 2, Sbr 3, dan Sbr.4
serta Winas 1 dan Winas 2.
Wijen merupakan tanaman semusim yang berumur 2,5-5
bulan. Curah hujan yag sesuai dalam membudidayakan jenis palawija ini
berkisar 400 – 600 mm. Waktu taman disesuaikan dengan suhu udara dan
ketersediaan air. Daerah tipe iklim D4, E3, E4 memulai waktu tanam pada
awal musim hujan. Tanam awal musim hujan dimulai ketika hujan cukup dan
panen saat kemarau agar pertumbuhan dan produktifitas optimum. Varietas
yang digunakan adalah MK-1 dan MK-2.
Persiapan lahan sama dengan komoditas palawija yang
lain. Persiapan dilakukan untuk mempermudah penanaman, sehingga biji
mudah berkecambah, dan tumbuh, juga untuk menekan dan mengendalikan
gulma. Sejak tanam sampai 6 minggu wijen mengalami masa kritis terhadap
gulma. Dilahan kering tanah diolah sampai gembur dengan kedalam
pengemburan 30 cm. Pengolahan bisa mengunakan cara manual, tradisonal,
ataupun modern. Bedengan dibuat dengan lebar 3 – 6 m dan panjang sesuai
panjang lahan namun usahakan arah timur – barat sesuai arah sinar
matahari. Antar bedengan dan keliling dibuat saluran dengan lebar/dalam
40 cm.
Di musim hujan jarak tanam 60 x 25 cm dg 2 tan/lubang
(Sbr 1), yang tidak bercabang 40 x 25 cm (Sbr 2 ), sedangkan di lahan
sawah 60 x 25 cm dengan masih terlihat jarak yang kosong. Jarak tanam
disesuaikan dengan varietas, tipe percabangan, iklim, musim tanam, serta
ketersediaan air. Pemupukan tanaman wijen dengan dosis N (Urea)100
kg/ha, P (SP-36) 50 kg/ha, K (KCl) 50 kg/ha untuk varietas Sbr.1 lahan
kering & sawah. Sedangkan di lahan sawah dengan varietas Sbr 4
dengan dosis pupuk N (Urea) 150 kg/ha dan varietas Sbr 1 sebanyak 100
kg/ha. Waktu pemberian pupuk yaitu 1/3 dosis N bersamaan tanaman dan
dilanjutkan 2/3 dosis N umur 30 –35 hari.
Penyiangan dimulai awal pertumbuhan, namun jika lewat
periode tersebut wijen sangat cepat tumbuh dan mampu menekan gulma.
Pembumbunan dan pendangiran : 30 – 45 hari . Akar tanaman juga dapat
menembus lapisan tanah lebih dalam.
Wijen dapat tergaggu pertumbuhannya, bahkan gagal
panen. Penyakit utama yang menggangu antra lain: Busuk pangkal batang
(Phytopthora sp.), Busuk daun (Fusarium sp). Pengendaliannya yaitu
dengan cara pencegahan pertahanan pertama dan utama serta penyediaan
varietas tahan, unsur hara terpenuhi, pengerjaan tanah baik, irigasi dan
drainase baik, kebersihan kebun, dan sebagainya. Sedangkan hama yang
menyerang antara lain beberapa jenis Trips sp, ulat jengkal, ulat buah,
dan sebagainya. Sedang hama utama adalah tungau Polyphagotarsonemus latus L yang kerusakan dapat menurunkan hasil mencapai 75 %. Pengendalianya yaitu dengan menyemprot akarisida / peskabel secara cepat.
Waktu panen, wijen warna polong, hijau kekuningan,
serta daun sudah mulai rontok. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong
15-20 cm dibawah polong. Hasil panen, yaitu batang dibendel dgn garis
tengah 5-20 cm, kemudian di jemur sendiri dan disandarkan pada
para-para. Bila cuaca panas penjemuran dilakuakan selama 7 hari
0 komentar:
Posting Komentar